I . LATAR BELAKANG
Untuk mengurangi biaya produksi,
peningkatan efisiensi proses manufaktur suatu produk sangat berpengaruh, terutama
dengan menurunkan waktu proses manufakturnya. Dalam penelitian ini, waktu
proses manufaktur diidentisikasikan dengan penurunan waktu setup dan proses
pemotongannya (perautan).
Hampir setiap proses produksi didukung
oleh pemakaian mesin perkakas. Penggunaan mesin ini tergantung kepada spesifikasi
produk yang akan dibuat. Semakin komplek bentuk produk tersebut, maka akan
semakin rumit pula perkakas yang digunakan.
Mesin perkakas akan lebih berfungsi bila
dilengkapi pula dengan perkakas bantu. Jenis perkakas bantu tersebut antara
lain jig dan fixture. Penggunaan jig dan fixture ini disesuaikan dengan fungsi
dan karakteristiknya. Dimana Jig adalah suatu alat penuntun dari pahat dan
sebagai pemegang benda kerja yang tidak terikat secara tetap pada mesin tempat
alat itu dipakai. Sedangkan fixture adalah perkakas pemegang benda kerja yang
terikat secara tetap pada mesin dimana alat tersebut berada.
Jig and fixture merupakan “perkakas
bantu” yang berfungsi untuk memegang dan atau mengarahkan benda kerja sehingga
proses manufaktur suatu produk dapat lebih efisien. Selain itu jig and fixture
juga dapat berfungsi agar kualitas produk dapat terjaga seperti kualitas yang
telah ditentukan. Dan juga, Jig dan fixture berfungsi membantu atau menolong
pelaksanaan proses produksi, tetapi tidak merubah geometris dari benda kerja.
Dengan menggunakan perkakas bantu ini diharapkan produk yang dihasilkan
memiliki ketelitian yang tinggi, kepresisian yang tepat, akurasi, dan sesuai
dengan bentuk produk yang diinginkan. Dengan adanya jig & fixtures, tidak
diperlukan lagi skill operator dalam melakukan operasi manufaktur, dengan kata
lain pengerjaan proses manufaktur akan lebih mudah untuk mendapatkan kualitas
produk yang lebih tinggi ataupun laju produksi yang lebih tinggi pula.
Filosofi dari Group technology adalah mendapatkan keuntungan dari
pengelompokan sejumlah produk, baik atas dasar kesamaan perancangannya atupun
atas dasar kesamaan proses manufakturnya. Dalam penelitian ini, kesamaan proses
adalah yang menjadi pertimbangkan untuk meningkatkan efisiensi proses
manufaktur.
Dengan demikian, efisiensi proses manufaktur suatu produk dapat
ditingkatkan (mereduksi waktu setup dan waktu proses perautan ) melalui
perancangan jig and fixture pada proses manufaktur sekelompok produk.
II. TUJUAN
PENGGUNAAN JIG DAN FIXTURE
Tujuan
dari penggunaan Jig & Fixture adalah:
·
Aspek Teknis / Fungsi:
ü Mendapatkan
ketepatan ukuran
ü Mendapatkan
keseragaman ukuran
·
Aspek Ekonomi:
ü Mengurangi
ongkos produksi dengan memperpendek waktu proses
ü Menurunkan
ongkos produksi dengan pemakaian bukan operator ahli / trampil
ü Meningkatkan
efisiensi penggunaan alat atau mesin
ü Optimalisasi
mesin yang kurang teliti
ü Mengurangi
waktu inspeksi dan alat ukur
ü Meniadakan
kesalahan pengerjaan (reject)
·
Aspek Sosial / Keamanan:
ü Mengurangi
beban kerja fisik operator
ü Mengurangi
resiko kecelakaan kerja
Sebelum jig & fixture dibuat, perlu
sekali dilakukan kajian dari sisi ekonomi, karena hasil akhir dari penggunaan
jig & fixture tidak lain adalah keuntungan secara ekonomi.
III. PERTIMBANGAN
UMUM PEMBUATAN JIG DAN FIXTURE
Sebelum memutuskan penggunaan JF pada
suatu proses produksi, harus mempertimbangkan beberapa tuntutan – tuntutan di
bawah ini:
a)
Tuntutan Fungsi
§ Tuntutan
fungsi yang utama dalam penggunaan JF adalah bentukan dan toleransi yang
diharapkan dapat tercapai.
§ Keseragaman
ukuran pada produk masal dapat tercapai.
§ Waktu
proses sebelum penggunaan JF yang panjang akibat penyetingan dan penanganan
benda kerja berkurang secara nyata.
§ Pada
penggunaan checking fixture, ukuran atau bentukan yang diterima dan tidak dapat
segera dikenali.
b)
Tuntutan Penanganan/Pengoperasian
§ JF
harus dapat dioperasikan dengan cepat dan mudah walaupun dengan operator awam
sekalipun.
§ Penggunaan
aspek ergonomi diperhatikan.
§ Elemen
operasi mudah dikenali dan dimengerti cara kerjanya.
§ Perlu
mempertimbangkan aspek pengguna. Misalnya: alat bantu khusus jika menggunakan
opratos cacat, dll.
c)
Tuntutan Ekonomi
§ Biaya
penggunaan JF tidak terlampaui.
§ Target
pencapaian BEP (Break Even Point) tercapai.
d)
Tuntutan Konstruksi
§ Optimalisasi
penggunaan elemen standar.
§ Rancangan
hendaknya logis dan tidak berlebihan (over design).
§ Penggunaan
elemen yang lepas pasang mempertimbangkan waktu penanganan.
§ Elemen
yang lepas pasang harus diikat agar tidak jatuh atau hilang.
§ JF
yang bergerak atau berputar harus diseimbangkan terlebih dahulu.
§ Penggunaan
elemen yang mengunci sendiri (self locking) pada mesin yang memiliki getaran
tinggi atau tergesernya benda kerja akibat kerusakan alat potong sangat perlu
dipertimbangkan.
e)
Tuntutan Keamanan
§ Aspek
umum keselamatan di tempat kerja diperhatikan.
§ Pengamanan
terhadap bahaya listrik, mekanik, dan tekanan yang berlebihan.
§ Pengamanan
pada saat proses pemesinan atau kegagalan pemesinan.
§ Pengamanan
terhadap kegagalan sumber tenaga pencekaman.
§ Keamanan
terhadap benda kerja akibat kesalahan peletakan, pencekaman, dan saat proses.
Tidak semua tuntutan diatas muncul
secara bersama – sama pada saat perancangan JF. Perancang dapat menentukan
skala prioritas untuk setiap alat yang di buat.
IV. ASPEK TEKNIS PEMBUATAN JIG DAN FIXTURE
Sebelum memutuskan penggunaan JF pada
suatu proses produksi, sangat perlu di pertimbangkan pemenuhan tuntutan –
tuntutan di bawah ini:
1)
Peletakan Benda Kerja (Location)
Benda kerja memiliki ruang yang cukup
pada peletakannya dan tidak memungkinkan benda terbalik atau salah pasang untuk
menghindari kesalahan pengerjaan. Titik peletakan cukup jelas terlihat oleh
operator. Dalam hal benda kerja memiliki ukuran mentah seperti benda tuangan
(casting) dimungkinkan peletakan yang dapat diatur (adjustable) untuk menjaga
keausan locator atau variasi ukuran benda kerja.
2)
Pencekaman (Clamping)
Penyusunan atau peletakan pencekam dan
besarnya gaya pencekaman benar – benar meniadakan gaya reaksi akibat gaya –
gaya luar akibat pemotongan benda kerja / proses. Gaya pencekaman tidak
menyebabkan benda kerja terdeformasi atau merusak permukaannya. Pencekaman
harus logis dan mudah.
3)
Penanganan (Handling)
Komponen control dan JF keseluruhan
harus ringan dan mudah untuk dinaik-turunkan dari dank e mesin. Untuk itu
elemen untuk memegang dan memindahkan JF harus tersedia. Tidak ada sisi tajam
pada JF. Benda kerja yang kecil dan sulit dalam pemasangan / pelepasan, di
berikan kemudahan.
4)
Kelonggaran (Clearance)
Tersedia cukup ruang untuk pembuangan
beram hasil pemotongan jika beram tidak diinginkan terbuang keluar melaui arah
yang sama dengan pemotongan. Penggunaan celah untuk tangan operator / alat
bantu yang dimaksudkan untuk mengeluarkan beram yang tersumbat sangat
dimungkinkan.
5)
Kekakuan / Stabilitas (Rigidity /
Stability)
Meskipun JF diharapkan seringan mungkin,
kestabilan juga sangat diperlukan, proporsional terhadap besar benda kerja dan
gaya luar yang bekerja. Jika perlu di gunakan pengikatan baut – mur terhadap
mesin.
6)
Bahan (Material)
Komponen utama yang mendapatkan gesekan
dan atau tumbukan gaya menggunakan material Tool Steel atau mendapatkan
perlakuan pengerasan. Penggunaan material sisipan (insert) pada komponen yang
bergesekan dimaksudkan untuk penggantian. Jika digunakan komponen yang di las,
perlu dilakukan perlakuan stress relief setelah pengelasan atau sebelum
pemesinan untuk menghindari tegangan dalam maupun pelentingan akibat las.
7)
Toleransi (Tolerance)
Toleransi pengerjaan komponen JF yang
berhubungan dengan hasil proses adalah sepertiga dari toleransi benda kerja.
Misalnya jarak lubang yang akan diproses pada benda kerja memiliki toleransi ±
0.3 mm, maka toleransi pada jignya untuk setting jarak antar pengarah (bush)
adalah 0.1 mm.
V. JENIS – JENIS JIG
Jig bias dibagi atas 2 kelas : jig
gurdi dan jig bor. Jig bor digunakan untuk mengebor lobang
yang besar untuk digurdi atau ukurannya aneh (gambar 2). Jig gurdi digunakan untuk menggurdi (drilling), meluaskan lobang
(reaming), mengetap, chamfer, counterbore, reverse spotface atau reverse
countersink (gambar 3). Jig dasar umumnya hampir sama untuk setiap operasi
pemesinan, perbedaannya hanya dalam
ukuran dan bushing yang digunakan.
Jig gurdi bisa dibagi atas 2 tipe umum
yaitu tipe terbuka dan tipe tertutup. Jig terbuka adalah untuk operasi
sederhana dimana benda kerja dimesin pada hanya satu sisi. Jig tertutup atau
kotak digunakan untuk komponen yang dimesin lebih dari satu sisi.
Jig template adalah jig yang digunakan
untuk keperluan akurasi. Jig tipe ini terpasang diatas, pada atau didalam benda
kerja dan tidak diklem (gambar 4).
Template bentuknya paling sederhana dan tidak mahal. Jig jenis ini bisa
mempunyai bushing atau tidak.
Jig plate sejenis dengan template,
perbedaannya hanya jig jenis ini mempunyai klem untuk memegang benda kerja.
(gambar 4).
Jig plate kadang-kadang dilengkapi
dengan kaki untuk menaikkan benda kerja dari meja terutama untuk benda kerja
yang besar. Jig jenis ini disebut jig table/meja (gambar 6).
Jig sandwich adalah bentuk jig plate
dengan pelat bawah. Jig jenis ini ideal untuk komponen yang tipis atau lunak
yang mungkin bengkok atau terlipat pada jig jenis lain (gambar 7).
Jig
angle plate (pelat sudut)
digunakan untuk memegang komponen yang dimesin pada sudut tegak lurus terhadap
mounting locatornya (dudukan locator) yaitu dudukan untuk alat penepatan posisi
benda kerja. Gambar 8 adalah jig jenis ini. Modifikasi jig jenisini dimana
sudut pegangnya bisa selain 90 derjat disebut jig pelat sudut modifikasi dan
diperlihatkan oleh gambar 9.
Jig kotak atau
jig tumble, biasanya mengelilingi komponen (gambar 10).
Jig jenis ini memungkinkan komponen dimesin pada setiap permukaan tanpa
memposisikan ulang benda kerja pada jig.
Jig Channel adalah bentuk paling
sederhana dari jig kotak (gambar 11).
Komponen dipegang diantara dua sisi dan dimesin dari sisi ketiga.
Jig daun
(leaf) adalah jig kotak dengan engsel daun untuk kemudahan pemuatan dan
pelepasan (gambar 12). Jig daun biasanya lebih kecil dari jig kotak.
Jig
indexing digunakan untuk
meluaskan lobang atau daerah yang dimesin lainnya disekeliling komponen (gambar
13). Untuk melakukan ini, jig menggunakan
komponen sendiri atau pelat referensi dan sebuah plunger. Jig indexing yang
besar disebut juga jig rotary.
Jig Trunnion adalah jenis jig rotary
untuk komponen yang besar atau bentuknya aneh (gambar 14). Komponen
pertama-tama diletakkan didalam kotak
pembawa dan kemudian dipasang pada trunnion.
Jig pompa adalah jig komersial yang
mesti disesuaikan oleh pengguna (gambar 15). Pelat yang diaktifkan oleh tuas
membuat alat ini bisa memasang dan membongkar benda kerja dengan cepat.
Jig
multistation (stasion banyak)
mempunyai bentuk seperti gambar 16. Ciri utama jig ini adalah cara menempatkan
benda kerja. Ketika satu bagian menggurdi, bagian lain meluaskan lubang (reaming)
dan bagian ketiga melakukan pekerjaan
counterbore. Satsion akhir digunakan untuk melepaskan komponen yang
sudah selesai dan mengambil komponen yang baru.
VI . JENIS – JENIS FIXTURE
Jenis fixture dibedakan terutama oleh
bagaimana alat bantu ini dibuat. Perbedaan utama dengan jig adalah beratnya.
Fixture dibuat lebih kuat dan berat dari jig dikarenakan gaya perkakas yang
lebih tinggi.
Fixture pelat adalah bentuk paling
sederhana dari fixture (gambar 17).
Fixture dasar dibuat dari pelat datar yang mempunyai variasi klem dan
locator untuk memegang dan memposisikan benda kerja. Konstruksi fixture ini
sederhana sehingga bisa digunakan pada hampir semua proses pemesinan.
Fixture pelat sudut adalah variasi dari
fixture pelat (gambar 18). Dengan fixture jenis ini, komponen biasanya dimesin
pada sudut tegak lurus terhadap locatornya. Jika sudutnya selain 90 derjat, fixture
pelat sudut yang dimodifikasi bisa digunakan (gambar 19).
Fixture vise-jaw, digunakan untuk
pemesinan komponen kecil (gambar 20). Dengan alat ini, vise jaw standar
digantikan dengan jaw yang dibentuk sesuai dengan bentuk komponen.
Fixture indexing mempunyai bentuk yang hamper
sama dengan jig indexing (gambar 21). Fixture jenis ini digunakan untuk
pemesinan komponen yang mempunyai detail pemesinan untuk rongga yang detil. Gambar
22 adalah contoh komponen yang menggunakan fixture jenis ini.
Fixture multistation, adalah jenis fixture
untuk kecepatan tinggi, volume produksi tinggi dimana siklus pemesinan
kontinyu. Fixture duplex adalah jenis paling sederhana dari jenis ini dimana
hanya ada dua stasiun (gambar 23). Mesin tersebut bisa memasang dan melepaskan
benda kerja ketika pekerjaan pemesinan berjalan. Misal, ketika pekerjaan
pemesinan selesai pada stasiun 1, perkakas berputar dan siklus diulang pada
stasiun 2. Pada saat yang sama benda kerja dilepaskan pada stasiun 1 dan benda
kerja yang baru dipasang.
Fixture profil, digunakan mengarahkan perkakas untuk pemesinan
kontur dimana mesin secara normal tidak bias melakukan. Kontur bisa internal atau eksternal. Gambar 24 memperlihatkan
bagaimana nok/cam secara akurat memotong
dengan tetap menjaga kontak antara fixture dan bantalan pada pisau potong fris.
VII . KLASIFIKASI FIXTURE
Fixture biasanya diklasifikasikan
berdasarkan tipe mesin yang menggunakannya. Misal, fixture yang digunakan pada
mesin milling disebut fixture milling. Fixture bisa juga diklasifikasikan
dengan subklasifikasi. Misal, jika pekerjaan yang dilakukan adalah milling, maka
fixture disebut straddle milling fixture.
Berikut ini adalah list operasi produksi
yang menggunakan fixture:
·
Assembling
·
Boring
·
Broaching
·
Drilling
·
Forming
·
Gauging
·
Grinding
·
Heat treating
·
Honing
·
Inspecting
·
Lapping
·
Milling
·
Planing
·
Sawing
·
Shaping
·
Stamping
·
Tapping
·
Testing
·
Turning
·
Welding
VIII. JIG AND FIXTURES FOR ASSEMBLY
Secara umum, ada 2 tipe untuk Jig
Fixtures assembly, yaitu:
1.
Mechanical
assembly dan joining fixtures untuk kemampuan pengerjaan pada suhu normal
dengan mesin
2.
Fixtures
for hot-joining methods untuk pengerjaan assembly dengan menggunakan energy dalam
bentuk panas dimana energy panas merupakan factor yang dominan dalam proses
ini.
IX. MECHANICAL ASSEMBLY FIXTURES
Pada assembly ini tidak terdapat standar atau
klasifikasi yang unik atau berbeda dari tipe assembly fixtures. Bentuk – bentuk
dari tipe assembly ini telah diklasifikasikan berdasarkan pengoperasian atau
proses pengerjaan dengan fixture. Macam – macam dari kategorinya adalah:
1.
Riveting fixtures (fixture sambungan pengelingan),
penyambungan dua atau lebih part secara bersama pada posisi yang telah
ditentukan dimana part dari bagian pengelingan di tentukan sesuai bentuk produk
yang diinginkan.
2.
Drilling and pinning jigs (fixture pemboran dan
pembautan), penyambungan dua atau lebih part ke part yang lain dengan toleransi
dimana part dari bagian pengeboran dan bagian pembautan untuk jenis perakitan.
Proses pengeboran secara normal dilakukan dengan menggunakan bush. Aplikasi
dengan menggunakan bush ini juga dilakukan pada beberapa proses operasi
pembautan pada satu jig. Tapi, kadang – kadang juga telah disediakan tempat
untuk proses pembautan.
3.
Staking fixtures (fixture pembatas), dirancang
untuk penyambungan dan pemposisian dari sebuah assembly atau perakitan dimana
baut atau elemen pengikat yang lain dibatas dengan tangan atau mesin untuk
menghindari terjadinya pengendoran atau bagian part terlepas saat
menggunakannya.
4.
Crimping and swaging fixtures, digunakan pada perakitan dari
dua part oleh tekukan satu bagian atas bagian yang lainnya.
5.
Pressing fixtures (fixture penekan), terdiri atas
2 bagian:
·
Holding
fixtures, penyambungan part secara bersama dengan perekat dan pengeringan. Alat
untuk memakai penekan selama proses pengeringan hanya dipakai bila perlu saja.
Seperti fixture penyambungan berbagai macam kuantitas dari assembly.
·
Other
pressing fixtures, penyambungan dua part dimana part yang satunya ditekankan
pada part yang lainnya. Biasanya, untuk proses ini digunakan poros penekan atau
penekan hidrolic. Hanya bila diperlukan. Berbagai macam alat dapat dibutuhkan
dalam sebuah press-fitting fixture untuk merekatkan part setelah part itu di
press atau di tekan satu sama lainnya. Sering menggunakan peluru perekat dan
poros perekat.
6.
Tab-bending fixtures, dirancang untuk penyambungan
part secara bersamaan, memposisikannya, dan menepatkan satu part dan yang
lainnya.
7.
Wire-stitching fixtures, penyanbungan part pada posisinya untuk pengikatan dengan lilitan
kawat.
8.
Wire-stapling fixtures, penyambungan part secara
bersama dan memposisikannya untuk pengikatan dengan jepitan kawat.
9.
Special holding fixtures, dirancang untuk penyambungan
dan pemposisian part untuk jenis pengassemblyan yang unik atau berbeda, seperti
pengassemblian sebuah palang dalam lubang yang dalam atau pengalokasian sekrup
sepanjang lubang yang dalam.
a)
Trunnion
holding fixtures, penyambungan sebuah part atau perakitan dimana part yang
lainnya tidak berada pada bidang yang sama dengan part yang sedang dirakit.
b)
Cradle
holding fixtures, untuk tujuan penyambungan atau menepatkan part yang mempunyai
bentuk yang teratur pada posisi kerja yang strategis dimana part lainnya
dirakit diatasnya atau didalamnya.
c)
Plastic
holding fixtures, untuk perakitan, biasanya untuk eretan yang beratur sesuai
kontur dari part atau rakitannya dan sambungan atau tempatnya pada posisi kerja
dimana part lainnya dirakit diatasnya atau didalamnya.
d)
Support
legs (kaki pembantu), merupakan alat simple lainnya untuk penyambungan part
atau perakitan part yang mempunyai kontur yang teratur pada posisi dimana part
lainnya dirakit diatasnya atau didalamnya.
e)
Harness
boards (papan pelindung), merupakan papan yang tebal dimana pasak atau tiang
kecil sebagai pengendali pada tempat yang telah ditentukan sebagai bantuan pada
pelilitan dan perakitan kabel dan manfaatnya.
f)
Potting
atau encapsulating holding fixtures, yang menyambungkan penyambung dengan kabel
atau pengamannya pada lubang yang perpaduan bentuknya dituangkan dalam wadah
dan didinginkan.
10. Masking
fixtures,
terdiri atas beberapa tipe:
a)
Beberapa
tipe dibentuk untuk menjaga warna atau lapisan lainnya, seperti perpaduan
kutup, pada permukaan tertentu dari benda kerja.
b)
Fixture
pelindung lainnya, adalah untuk memudahkan dari proses pengasemblian, mengenali
perbedaan antara lokasi penepat atas parakitan papan penepat dengan template
yang mempunyai bermacam-macam kode warna di sekeliling lubangnya.
X. FIXTURES FOR HOT-JOINING METHODS
Pengerjaan assembly dengan
menggunakan energy dalam bentuk panas berupa proses welding, brazing, dan
soldering.
a)
Welding
Jig and Fixtures
Secara umum, welding jig dan
fixture di golongkan dalam 3 klasifikasi, yaitu : tacking jigs, welding
fixtures, dan holding fixtures.
v
Tacking
Jigs
Merupakan
sebuah kelingan pengarah yang menepatkan komponen atau part untuk proses
pengelasan yang berfungsi untuk menepatkan hubungan dengan suaian yang tepat,
dimana operator melakukan proses pengelingan untuk menggabungkan part-part
terlebih dahulu baru akhirnya melakukan proses pengelasan. Biasanya, pada benda
kerja sebelumnya dilakukan proses pengelingan terlebih dahulu kemudian dilepas
dari kelingan pengarah dan dipindahkan ke fixture yang terpisah untuk melakukan
proses selanjutnya, yaitu proses pengelasan.
v
Welding
Fixtures
Merupakan
sebuah alat bantu pengelasan untuk menepatkan pelokasian dan penyambungan pada
benda kerja untuk proses pengelasan. Welding fixtures mengendalikan dalam
menyederhanakan dan / atau menghilangkan dan memindahkan dari benda kerja dan
dari alat – alat yang berhubungan, tapi ini membutuhkan konstruksi untuk
menahan tekanan panas dan tegangan. Hal ini sering tidak praktis atau hal yang
tidak mungkin untuk memuaskan penggambaran alat bantu pengelasan untuk yang
sulit dipahami, assembly yang komplek, berat, pengelasan yang besar; dengan
demikian dalam penerapan yang umum, part pada awalnya ditempelkan bersama dalam
sebuah tacking jig (kelingan pengarah) dan kemudian benda kerja di pindahkan ke
holding fixtures (alat bantu penyambungan), biasanya digunakan dalam hubungan
dengan pemposisian pengelasan, untuk penyelesaian pekerjaan.
v
Hoding
Fixtures
Merupakan
sebuah alat khusus yang dirancang untuk penyambungan dari benda kerja yang
sebelumnya telah dilakukan dengan proses pengassemblian dengan paku keeling pada
tempat yang diposisikan. Fixture sendiri sering disesuaikan untuk memposisikan
dengan menambahkan tempat yang ekonomis dengan papan penunjuk dan penerapan
dari rancangan yang cocok. Counterweights mungkin saja diperlukan untuk
memudahkan pemposisian benda kerja, dan jika diperlukan, pemasangan alat bantu
pembawa barang akan membuat seluruh unit lebih mudah untuk dipindahkan. Seperti
pengarah dalam pengelasan, alat bantu penyambungan harus jadi konstruksi yang
kuat dan kokoh untuk menahan tegangan komulatif yang dihasilkan oleh benda
kerja ketika proses pengelasan.
b)
Brazing
dan Soldering
Brazing dan soldering merupakan sebuah proses
gabungan yang menggunakan panas dan logam pengisi untuk menghasilkan ikatan
metallurgi. Tidak seperti proses pengelasan yang dibahas sebelumnya, brazing
dan soldering tidak melibatkan melelehnya logam dasar saat digabungkan.
Akibatnya, sifat mekanik dan sifat fisik logam dasar tidak benar – benar
menyatu saat digabungkan. Walaupun demikian, difussi brazing bisa menghasilkan
kekuatan yang sama kepada logam dasar.
Meskipun proses brazing dan soldering keduanya
menggunakan logam pengisi, tapi prosesnya mempunyai perbedaan terhadap suhu dan ikatannya. Pada proses brazing, logam
pengisinya mempunyai suhu cairan diatas 8400 F (4500 C),
tapimasih di bawah logam dasar, dan logam pengisinya didisribusikan antara
permukaan yang ditempelkan dari penggabungan oleh kapiler. Sedangkan pada
proses sodering, logam pengisinya mempunyai suhu cairan dibawah 8400
F (4500 C). logam pengisinya didistribusikan oleh kedua kapiler dan
mengenai antara permukaan komponen yang di solder, menggunakan permukaan energy
dari material yang digabungkan.
XI . CONTOH
BEBERAPA PENGGUNAAN JF ASSEMBLY
I.
PENINGKATAN JAMINAN KUALITAS
ASSEMBLY LINE
(Studi
Kasus di Industri Otomotif)
Bagian
ini membahas tentang peningkatan jaminan kualitas assembly line di industri
otomotif yang memproduksi kendaraan niaga. Kendaraan ini adalah produk yang
bertaraf global, artinya kendaraan niaga yang harus mampu memenuhi bukan hanya
permintaan pasar domestik melainkan juga spesifikasi dan permintaan pasar
mancanegara. Oleh sebab itu untuk tetap dapat mempertahankan kepuasan konsumen terhadap
kualitas produk, salah satu upaya yang dapat digunakan meningkatkan jaminan
kualitas perusahaan adalah dengan mengimplementasikan aktivitas quality
assurance network.
Perusahaan
yang dikaji dalam penelitian ini adalah perusahaan yang bergerak dalam industri
otomotif, dengan produk terbaru yang diluncurkan adalah kendaraan niaga, suatu
inovasi produk yang ditujukan untuk pasar global. Dengan menyandang predikat
sebagai produk yang bertaraf internasional, dapat dipastikan bahwa kualitas
dari kendaraan niaga ini diharapkan mampu menjawab permintaan dan tantangan
pasar mancanegara pula. Salah satu komponen yang sangat mempengaruhi kualitas
dari kendaraan niaga ini adalah kualitas mesin (engine) mobil itu sendiri. Di
perusahaan ini, engine untuk kendaraan niaga dikenal dengan istilah engine TR,
dimana untuk menjadi satu unit engine secara utuh diperlukan proses perakitan
terhadap komponen-komponen yang ada. Proses perakitan ini dilakukan di assembly
line engine TR atau assy line TR.
Salah
satu upaya untuk dapat bersaing dengan kompetitor dan mempertahankan pangsa pasar adalah dengan
senantiasa memberikan kepuasan terhadap konsumen. Kepuasan konsumen dapat
dilihat dari tolok ukur bagaimana kualitas produk itu sendiri di mata konsumen.
Untuk memenuhi tolok ukur kualitas tersebut perusahaan diharapkan mampu
memberikan suatu jaminan
kualitas atas proses dan produk yang diproduksi. Karena unit engine TR dirakit
dalam suatu assembly line, maka kualitas akhir engine tersebut sangatlah
bergantung pada proses-proses yang ada di assembly line itu sendiri. Semakin
tinggi tingkat jaminan kualitas yang melekat pada proses-proses dalam assembly
line dapat mengakibatkan semakin rendahnya unit engine cacat yang dihasilkan
dan mengalir ke tangan konsumen.
Oleh
sebab itu upaya yang dapat digunakan adalah mengevaluasi dan meningkatkan
tingkat jaminan kualitas assembly line TR dan menemukan titik lemah dari proses
(point dengan level jaminan yang rendah), serta menuju penyelesaian terhadap
perbaikan proses. Langkah berikutnya adalah menentukan improvement apa yang bisa
dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan level jaminan kualitas item-item
yang belum melampaui target. Item-item tersebut akan menjadi target proses perbaikan
dan peningkatan. Dalam melakukan perbaikan dan peningkatan level jaminan
kualitas bagi
item-item yang belum mencapai target diperlukan suatu perencanaan dan desain.
Desain ini mencakup desain tool, jig, atau pokayoke yang dapat meningkatkan
level jaminan kualitas item yang bersangkutan.
Jika jumlah
item yang masih belum mencapai target masih banyak, maka perlu dilakukan
penyeleksian dan pemberian prioritas item mana saja yang paling memungkinkan
untuk ditingkatkan terlebih dahulu sehingga dapat diperoleh suatu hasil yang
konkret. Pada penjelasan ini, item – item yang menjadi focus yang masih belum
mencapai target pada produksi ini adalah:
·
Proses
pengolesan threebond pada switch oil pressure.
·
Proses
pemasangan key sliding.
·
Proses
pemasangan bolt plate balance shaft.
·
Proses
pemasangan thermostat.
1. Improvement
Proses Pengolesan Threebond Pada Switch Oil Pressure
Pada proses ini terjadi suatu kegiatan mengoleskan
cairan threebond pada area ulir switch oil pressure. Proses ini berlangsung
sebelum komponen switch oil pressure dimasukkan dan dipasang pada sisi luar
cylinder block. Awalnya, pengolesan cairan threebond dilakukan secara manual
oleh operator. Operator mengoleskan threebond langsung dari botol. Pengolesan
cairan dilakukan hanya pada satu titik di area ulir switch oil pressure.
Ada dua konsekuensi akibat pengolesan threebond yang
dilakukan manual. Konsekuensi pertama, karena pengolesan ini bergantung pada
keterampilan dan perasaan operator, maka cairan threebond yang dioleskan oleh
operator dapat menutupi lubang switch oil pressure itu sendiri. Dengan
tertutupnya lubang oleh cairan threebond, lubang akan buntu dan switch oil pressure
tidak dapat bekerja sesuai fungsinya. Konsekuensi kedua, komponen switch oil
pressure yst saja lupa tidak diberi threebond oleh operator. Hal ini terjadi
karena tidak adanya mekanisme yang dapat mencegah operator lupa mengolesi
cairan threebond.
Rancangan improvement untuk mengatasi kelemahan
dalam proses di atas telah dilakukan beberapa kali. Pada mulanya rancangan
improvement yang disajikan berupa tool yang membantu pengolesan cairan
threebond secara otomatis. Struktur dasar alat ini terdiri dari sebuah kincir
dan sebuah kolam cairan threebond.
Prinsip kerja alat ini adalah kincir akan berputar untuk mengangkut cairan
threebond dari kolam. Saat operator memasukkan ulir switch oil pressure pada
groove, ulir akan menyentuh kincir sehingga threebond akan terolesi pada sisi
ulir.
Ternyata
setelah beberapa kali trial masih ditemukan kelemahan terhadap alat pengoles threebond
ini, terutama berkaitan dengan masih tidak mampunya alat untuk mencegah lubang switch
oil pressure tidak terolesi threebond. Kekurangan yang ditemukan pada beberapa
hasil trial sebelumnya ini menjadi dasar untuk mendesain alat pengolesan
threebond yang lebih sempurna. Setelah melakukan penelitian dan diskusi
lanjutan, akhirnya diputuskan untuk mengubah posisi sensor ke belakang, yaitu berhadapan
dengan penampang ulir switch oil pressure. Dengan adanya prinsip seperti ini
maka kincir baru akan benar-benar berputar bila penampang ulir bersentuhan
dengan sensor.
Improvement
penting yang juga dilakukan adalah menghubungkan alat dengan stopper yang ada
pada shutter sehingga stopper dapat menghalangi shutter bila operator lupa mengoleskan
threebond lewat alat.
2. Improvement Proses Pemasangan Key Sliding
Awalnya pemasangan key sliding dilakukan secara manual
tanpa menggunakan alat bantu apapun. Karena posisi groove tempat key sliding
akan dimasukkan sangat berdekatan dengan posisi lubang balance shaft nomor 1 maka pemasukkan key
sliding secara manual sangat berpotensi mengakibatkan key sliding jatuh masuk
ke dalam lubang balance shaft nomer 1.
Untuk mengantisipasi permasalahan ini, dirancanglah
suatu improvement sederhana yaitu pembuatan suatu cover yang berfungsi untuk
menutupi lubang balance shaft nomer 1 saat pemasukkan key sliding dilakukan.
Bentuk dari improvement cover penutup ini adalah:
3. Improvement Proses Pemasangan Bolt Plate Balance Shaft
Awalnya untuk melakukan pemasangan bolt, operator
harus mengambil bolt-bolt dari rak komponen yang berada di belakangnya. Untuk
melakukan rangkaian proses perakitan lainnya yang terjadi di sub lini balance
shaft, operator juga harus mengambil komponen-komponen dari rak yang berada di
belakangnya. Berdasarkan pengamatan, aktivitas bolak balik yang dilakukan operator
untuk mengambil komponen dari rak berlangsung selama enam kali dalam merakit
satu unit engine.
Dengan adanya pergerakan bolak balik untuk mengambil
komponen tersebut maka operator harus mengambil dan menggenggam komponen dalam
tangannya selama proses perakitan.
Dari hal-hal yang terjadi di atas, kesalahan
pemasangan bolt yang sesuai spesifikasi sangatlah
mungkin terjadi. Dibutuhkan konsentrasi dan ketelitian ekstra untuk memastikan mengambil
dan memasang bolt dengan tepat. Apalagi dalam proses pemasangan bolt plate, kedua
jenis bolt (bolt washer dan bolt polos) yang seluruhnya berjumlah lima buah
diambil secara bersamaan dalam satu genggaman tangan operator.
Selain dampak keliru pengambilan bolt yang tidak
sesuai dengan spesifikasi, ternyata dengan adanya system kerja seperti sekarang
ini, pergerakan bolak balik, penggenggaman komponen, dan peletakkan komponen di
cylinder block, dapat menimbulkan beberapa dampak lainnya yaitu:
·
Penggenggaman
komponen dalam tangan menyebabkan benda asing dan kotoran menempel pada
komponen mengingat sarung tangan operator kotor,
·
Dengan
bergerak bolak balik sambil menggenggam komponen dalam tangan, sangat potensial
terjadi komponen jatuh dan cacat,
·
Pergerakkan
bolak balik yang dilakukan operator sangat tidak ergonomis bagi operator yang pada
akhirnya dapat menganggu workability operator.
Untuk mengatasi masalah di atas, dirancang
improvement berupa pembuatan system parts preparation sebelum melakukan perakitan. Penyiapan
komponen ini dilakukan dengan menyeleksi, mengambil komponen dari rak dan
meletakkan komponen yang sesuai ke dalam baki. Baki ini diletakkan di atas dolly yang dapat didorong dan ditarik
sehingga proses transportasi menjadi mudah.
4. Improvement Proses Pemasangan Thermostat
Pada awalnya, pemasangan thermostat, gasket, dan WTI
ke chain case dilakukan secara manual tanpa menggunakan peralatan. Operator
secara berurutan harus memasukkan thermostat, gasket, WTI, dan kemudian WTI
dikencangkan dengan bolt dan nut. Operator menggunakan kedua tangan untuk
melakukan pemasangan, satu tangan untuk menahan thermostat dan tangan lainnya
untuk mengambil dan memasang gasket dan WTI.
Pemasangan secara manual mengakibatkan operator mengalami
kesulitan, disebabkan operator harus melepaskan tangan kanan dari thermostat
dengan cepat ketika tangan kirinya memasang WTI. Saat tangan kanan lepas dari
thermostat mengakibatkan posisi thermostat bias bergeser dan berubah. Dengan
bergesernya posisi thermostat dapat berarti posisi jiggle juga turut berubah.
Berdasarkan kondisi ini, dirancang suatu improvement untuk membantu mempermudah
pemasangan thermostat. Selain itu, improvement ini dirancang terutama untuk
memastikan supaya jiggle berada pada posisi yang tepat.
Dari hasil pengamatan dan diskusi dengan group leader
didapatkan solusi yang dapat menjaga posisi thermostat supaya tidak bergeser
atau jatuh saat dipasang. Solusi tersebut adalah ketika memasang thermostat,
gasket dan WTI posisi engine bukan lagi tegak melainkan pada posisi engine
miring (bagian front menghadap ke atas).
Berdasarkan pengamatan lebih lanjut, ternyata
thermostat tidak akan jatuh bila dipasang pada saat engine berada dalam posisi
miring seperti di atas, sehingga pada akhirnya operator tidak kesulitan
menjaga, memegang, dan menahan posisi thermostat saat hendak memasukkan WTI.
Sebagai akibatnya, diputuskan bahwa pekerjaan memasang thermostat, gasket, dan
WTI dilakukan tepat setelah pekerjaan pemasangan crank censor dilakukan, tanpa perlu lagi melakukan
pemutaran engine terlebih dahulu.
II. PERKEMBANGAN TEKNOLOGI JIG &
FIXTURE ASSEMBLY
Disini terdapat
beberapa contoh penggunaan jig dan fixture assembly di dunia manufaktur:
Gambar. Manual Fascia Assy
Gambar. Manual Sonic Weld & Poke Yoke Fixture
Gambar. Assembly Fixture
Gambar. Assembly Fixture
Gambar. Bulb Shield Installation Fixture
Gambar. DoorHandle Assembly Fixture
Gambar. Furniture Drawer Assembly Fixture
Gambar. Gasket Assembly Fixture
Gambar. Manual Assembly Fixture
Gambar. Maunal Screw Assy
DAFTAR PUSTAKA
www.motionpac
international.com_Assembly Fioxture.2007
Kurniawan.2000.Perancangan
Peralatan Penepat Dasar.Politeknik Manufaktur Bandung