DASAR-DASAR
PROSES MANUFAKTUR
Perkembangan proses
manufaktur modern dimulai sekitar tahun 1980-an. Terjadinya perang sipil membuat banyak
kemajuan proses manufaktur di Amerika.
Eksperimen dan analisis pertama dalam proses manufaktur dibuat oleh Fred
W. Taylor ketika menerbitkan tulisan tentang pemotongan logam yang merupakan
dasar-dasar dari proses manufaktur. Kemudian diikuti oleh Myron L., Begemen
sebagai pengembangan lanjutan proses manufaktur
Sejak
pertama digunakannya mesin-mesin perkakas, secara perlahan berkecenderungan
untuk menggunakan mesin lebih efisien, yaitu dengan mengkombinasikan proses
manufaktur dan semakin digunakannya
mesin sebagai pengganti manusia untuk
menurunkan waktu pemrosesan dan jumlah tenaga kerja.
Sejalan
dengan perkembangan mesin-mesin produksi, kualitas proses manufaktur menjadi
tuntutan. Berkembangnya pemahaman tentang inchangeable mengharuskan pengendalian dimensi produk
secara ketat, sehingga proses perakitan dapat berjalan cepat, biaya rendah
khususnya pada produksi massal. Untuk menjaga agar dimensi produk tetap
terkendali, maka mengharuskan penyediaan fasilitas inspeksi yang memadahi.
Untuk
menghasilkan produk yang kompetitif, maka menjadi penting untuk merancang
produk yang lebih murah, berkaitan dengan material, proses manufaktur atau
pemindahan dan penyimpanannya. Suatu produk dirancang mempunyai kekuatan yang
tinggi, tahan korosi, mempunyai umur pakai yang panjang atau yang lain , namun
demikian criteria ekonomis tetap dipertimbangkan. Untuk komponen-komponen yang
diproduksi secara masal, perancangan disesuaikan denga mesin-mesin yang ada,
yaitu untuk minimasi berbagai macam
waktu set-.up.
Pemilihan mesin atau proses
manufaktur untuk menghasilkan produk merupakan pengetahuan tentang metode
proses manufaktur. Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam pemilihan proses
manufaktur meliputi jumlah produk, kualitas akhir produk, dan keterbatasan dari
peralatan yang ada. Kenyataanya, suatu produk dapat dibuat melalui berbagai macam metode, tetapi secara
ekonomis biasanya ada satu jalan yang dipilih.
PROSES PROSES MANUFAKTUR
Proses
manufaktur merupakan suatu proses pembuatan benda kerja dari bahan baku
sampai barang jadi atau setengah jadi dengan atau tanpa proses
tambahan. Suatu produk dapat dibuat dengan berbagai cara, di mana
pemilihan cara pembuatannya tergantung pada :
- Jumlah produk
yang dibuat akan mempengaruhi pemilihan proses pembuatan sebelum
produksi dijalankan. Hal ini berkaitan dengan pertimbangan segi
ekonomis.
- Kualitas produk yang ditentukan oleh fungsi dari
komponen tersebut. Kualitas produk yang akan dibuat harus
mempertimbangkan kemampuan dari produksi yang tersedia.
-
Fasilitas produksi yang dimiliki yang dapat digunakan sebagai
pertimbangan segi kualitas dan kuantitas produksi yang akan dibuat.
- Penyeragaman (standarisasi), terutama pada produk yang merupakan
komponen atau elemen umum dari suatu mesin, yaitu harus mempunyai sifat
mampu tukar (interchangeable). Penyeragaman yang dimaksud meliputi bentuk geometri dan keadaan fisik.
Pada dasarnya proses manufaktur benda kerja terutama yang berasal dari bahan logam dapat dikelompokkan menjadi :
1. Proses pengecoran
2. Proses pembentukan
3. Proses pemotongan
4. Proses penyambungan
5. Proses perlakuan fisik
6. Proses pengerjaan akhir.
Proses Pemotongan
Proses
pemotongan hingga saat ini masih tetap merupakan proses yang paling
banyak digunakan (60% sampai dengan 80%) di dalam membuat suatu
komponen-komponen mesin yang lengkap. Dengan demikian tidak mengherankan
jika sampai kini berbagai penelitian mengenai proses pemotongan tetap
dilakukan untuk berbagai tujuan.
Proses pemotongan logam adalah
merupakan suatu proses yang digunakan untuk menghilangkan sebagian
dimensi dari benda kerja dengan mempergunakan mesin perkakas potong dan
pahat potong sehingga terbentuk komponen seperti yang dikehendaki. Dalam
istilah teknik, proses pemotongan ini sering disebut dengan nama metal cutting process.
Klasifikasi Proses Pemotongan
Klasifikasi Proses Pemotongan Berdasarkan Jenis Pahat
Penggolongan dari proses pemotongan dapat ditinjau dari jenis pahat
yang digunakan. Pahat yang bergerak relatif terhadap benda kerja akan
menghasilkan geram dan sementara itu permukaan benda kerja secara
bertahap akan terbentuk menjadi komponen yang dikehendaki. Pahat
tersebut dipasangkan pada suatu jenis mesin perkakas dan dapat merupakan
salah satu dari berbagai jenis pahat/perkakas potong disesuaikan dengan
cara pemotongan dan bentuk akhir dari produk. Untuk itu, kita
klasifikasikan dua jenis pahat yaitu :
1. Pahat bermata potong tunggal (single point cutting tools)
2. Pahat bermata potong jamak (multiple points cutting tools)
Klasifikasi Proses Pemotongan Berdasarkan Gerak Relatif dari Pahat terhadap Benda Kerja
Gerak relatif dari pahat terhadap benda kerja dapat dipisahkan menjadi dua macam gerakan yaitu gerak potong (cutting movement) dan gerak makan (feeding movement).
Menurut jenis kombinasi dari gerak potong dan gerak makan, maka proses
pemotongan dikelompokkan menjadi tujuh macam proses yang berlainan,
yaitu :
1. Proses membubut (turning)
2. Proses menggurdi (drilling)
3. Proses mengefreis (milling)
4. Proses menggerinda rata (surface grinding)
5. Proses menggerinda silindris (cylindrical grinding)
6. Proses menyekrap (shaping, planing)
7. Proses menggergaji atau memarut (sawing, broaching)
Klasifikasi Proses Pemotongan Berdasarkan Proses Generasi Permukaan
Selain
ditinjau dari segi gerakan dan segi mesin yang digunakan, proses
pemotongan dapat diklasifikasikan berdasarkan proses terbentuknya
permukaan (proses generasi permukaan). Dalam hal ini proses tersebut
dikelompokkan dalam dua garis besar yaitu :
1. Generasi permukaan silindris atau konis
2. Generasi permukaan rata lurus dengan atau tanpa putaran benda kerja.
Elemen Dasar Proses Pemotongan
Berdasarkan
gambar teknik, di mana dinyatakan spesifikasi geometris suatu produk
komponen mesin, salah satu atau beberapa jenis proses pemotongan yang
telah disinggung di atas harus dipilih sebagai suatu proses atau urutan
proses yang digunakan untuk membuatnya. Bagi suatu tingkatan proses,
ukuran obyektif ditentukan dan pahat harus membuang sebagian material
benda kerja sampai ukuran obyektif tersebut dicapai. Hal ini dapat
dilaksanakan dengan cara menentukan penampang geram (sebelum terpotong)
dan selain itu setelah berbagai aspek teknologi ditinjau, kecepatan
pembuangan geram dapat dipilih supaya waktu pemotongan sesuai dengan
yang dikehendaki. Situasi seperti ini timbul pada setiap perencanaan
proses pemotongan. Dengan demikian dapat dikemukakan lima elemen dasar
proses pemotongan, yaitu :
1. Kecepatan potong (cutting speed) : v (m / min)
2. Kecepatan makan (feeding speed) : vf (mm / min)
3. Kedalaman potong (depth of cut) : a (mm)
4. Waktu pemotongan (cutting time) : tc (min)
5. Kecepatan penghasilan geram (rate of metal removal) : Z (cm3 / min)
Elemen
proses pemotongan tersebut (v, vf, a, tc, dan Z) dihitung berdasarkan
dimensi benda kerja dan/atau pahat serta besaran dari mesin perkakas.
Besaran mesin perkakas yang dapat diatur bermacam-macam tergantung dari
jenis mesin perkakas. Oleh karena itu rumus yang dipakai untuk
menghitung setiap elemen proses pemotongan dapat berlainan.
Referensi :
- Kalpakjian Seroke, "Manufacturing Engineering and Technology", Addison-Wesley Pub. Company, Last Edition.
- Schey, John A., "Introduction to Manufacturing Processes", Mc Graw Hill Book Co. , Last Edition
- Amstead, B.M. P.F. Ostwald, M.l. Bagenan, "Manufacturing Processes", John Wiley & Sons., Last Edition
Tidak ada komentar:
Posting Komentar